Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Berikut Rangkaian Tradisi Perayaan Pra Paskah Hingga Paskah Umat Katolik

Berikut Rangkaian Tradisi Perayaan Pra Paskah Hingga Paskah Umat Katolik

ikatolik.net
- Umat Katolik seluruh dunia tengah memasuki masa prapaskah yang dimulai dengan perayaan Rabu Abu beberapa waktu lalu.

Pembantasan interaksi sosial membuat momen prapaskah ini menjadi berbeda dan kadang juga sulit untuk direnungkan dengan sungguh-sungguh.

Sebagai pengingat, kami mencoba merangkum kembali beberapa hal yang perlu kita ketahui bersama dalam menyongsong perayaan Paskah Kristus Tuhan kita yang bangkit mengalahkan maut.

Berikut rangkaian tradisi perayaan Pra Paskah hingga Paskah umat  Katolik yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Rabu Abu 

Rabu Abu merupakan tanda dimulainya masa Pra Paskah bagi umat Kristen dan Katolik. Pada masa ini, umat akan masuk dalam masa pertobatan dengan cara berpantang hingga berpuasa. 

Pada hari Rabu Abu ini, umat akan datang ke Gereja dan diberikan tanda berupa abu di dahinya. 

Hal tersebut menandakan umat siap untuk menyambut masa Pra Paskah dengan berpantang maupun berpuasa.

Namun, ada peraturan tentang siapa yang boleh berpuasa dan berpantang. Aturannya umat yang sudah berusia di atas 14 tahun, boleh melakukan pantangan. 

Sementara bagi umat yang berusia 18 hingga 60 tahun boleh menjalani puasa. Adapun puasa ini dilakukan setiap hari Rabu Abu dan Jumat Agung. 

Namun, bagi umat yang ingin melakukan puasa selama 40 hari juga diperbolehkan dengan cara makan satu kali kenyang.

2. Minggu Palma 

Hari Minggu Palma merupakan penanda dimulainya masa Pekan Suci umat  Katolik. Pada masa ini, umat akan beribadah dan merayakan perayaan mengenang Yesus disambut atau diarak memasuki Kota Yerusalem. 

Selain itu juga untuk merenungkan bahwa Yesus menebus kita dengan wafat dan bangkit. Biasanya, umat akan membawa daun palma atau sudah tersedia di masing-masing gereja. 

Ketika ibadah atau misa dimulai, umat akan memegang daun palma dan menggerakkannya untuk merenungkan kedatangan Yesus di Yerusalem.

3. Kamis Putih 

Hari Kamis Putih ini merupakan tradisi merenungkan perjamuan Malam Terakhir Yesus Kristus. Perjamuan malam ini juga menjadi penanda pertama kalinya perayaan Ekaristi atau Misa. 

Namun selain itu juga, Kamis Putih sebagai penanda Yesus memberikan pesan cinta kasih kepada umat manusia. Dia mewariskan pesan pelayanan dengan membasuh kaki para Rasulnya.

Biasanya, pada perayaan normal, romo, uskup atau paus akan melakukan ritual pembasuhan kaki para umatnya dalam perayaan misa.

Namun, saat ini karena wabah virus corona, umat tidak dapat hadir ke gereja masing-masing dan menyaksikan tradisi pembasuhan kaki tersebut. 

Setelah perayaan misa Kamis Putih, biasanya umat juga akan melakukan Tuguran atau berjaga bersama Yesus dalam kegelapan malam.

 Tradisi Tuguran ini, umat akan menyanyikan lagu-lagu Kristen yang mengenangkan sengsara Yesus. 

4. Jumat Agung 

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, Jumat Agung bukanlah perayaan Ekaristi atau Misa dalam umat Katolik. 

Jumat Agung adalah hari yang identik dengan perayaan ibadah untuk mengenang penderitaan Yesus wafat di kayu salib.

Sehingga suasananya adalah duka cita. Suasana yang berat, tragis, tetapi tidak melupakan rahmat dan karunia Allah.

Pada Jumat Agung, umat akan merenungkan bahwa wafat Yesus itu karena menebus dosa-dosa kita. lanjutnya. 

Biasanya, ada momen tradisi umat Katolik mencium kaki Yesus di kayu salib saat Jumat Agung. 

Namun, karena virus corona dan membuat tutupnya tempat ibadah termasuk gereja, tradisi ini tidak bisa dilakukan di gereja.

5. Sabtu Suci atau Malam Paskah 

Hari Sabtu Suci atau Malam Paskah merupakan momen ketika Yesus bangkit dari wafat. Pada hari ini, rangkaian ibadah atau misa terasa lebih lama. 

Itu karena Malam Paskah merupakan yang paling panjang waktunya dalam satu tahun kalender Liturgi. Jadi bacaannya lebih banyak, simbol meriah dan beberapa ritual khusus yang hanya ada dalam perayaan itu.

Biasanya, gereja telah menyediakan lilin yang akan digunakan umat selama mengikuti ibadah atau misa Malam Paskah. Lilin tersebut akan digunakan pada saat perarakan (awal ibadah). 

Ada juga momen gereja akan membunyikan lonceng pada saat Madah Kemuliaan, salah satu tahapan dalam Misa atau Ekaristi. 

6. Minggu Paskah 

Minggu Paskah merupakan akhir dari rangkaian perayaan Paskah, mulai dari Pra Paskah Rabu Abu hingga Pekan Suci. 

Minggu Paskah sama pentingnya seperti hari Minggu biasa ketika umat berdatangan ke gereja untuk beribadah.

Minggu Paskah menjadi tanda untuk umat merenungkan kesengsaraan Tuhan sekaligus mengenangkan mengapa hari Minggu itu umat merayakan ibadah atau misa. Hal ini karena pada hari Minggu itulah, Yesus Kristus bangkit.

Kendati ibadah atau misa tak sepanjang Malam Paskah, namun hari raya ini sama pentingnya untuk diikuti oleh umat.

Artinya umat harus mengikuti semua rangkaian Pekan Suci mulai dari Minggu Palma hingga Minggu Paskah. 

Selain itu, Minggu Paskah juga menjadi momen anak-anak merasa senang karena dapat mengikuti lomba yang diadakan di gereja masing-masing.

Anak-anak akan mengikuti lomba seperti mencari telur paskah yang telah disebar di beberapa tempat sekitar gereja. Ada juga lomba menghias telur paskah. 

Momen seperti ini tidak bisa dilakukan atau ditunda sementara waktu selama wabah virus corona masih terjadi.

Perayaan di atas adalah yang biasanya wajib diikuti umat dengan datang ke gereja masing-masing. Namun, wabah virus corona menjadikan satu hal yang tidak seperti biasanya, umat diperbolehkan ibadah atau misa di rumah.

Pada masa ini, tak seperti biasanya, umat tidak bisa menerima Hosti atau Tubuh Kristus, namun ini menjadi kewajaran karena kita sedang berada di tengah situasi wabah.