Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ini Sikap Santo Yusuf yang Patut Ditiru Pria di Dunia

Ini Sikap Yusuf yang Patut Ditiru Pria di Dunia

ikatolik.net
- Setelah lelah seharian bekerja, kita tentu mengharapkan dapat tidur dengan damai. Istirahat bagi kebanyakan orang adalah nikmat yang patut disyukuri. Saat kita tidur kita terkadang dihadiahi dengan mimpi.

Pada dasarnya banyak orang senang kalau mimpinya indah.

Misalnya mimpi dapat uang banyak, mimpi dapat pasangan bagi yang single atau mimpi-mimpi lain yang menyenangkan. Banyak meme dibikin seperti “Lebih baik tidur. Karena mimpi jelas lebih baik daripada kenyataan”.

Akan tetapi mimpi buruk itu juga benar-benar ada. Mimpi disantet, ditampar, dan seterusnya. Sehingga mimpi itu bermacam-macam bentuknya.

Kitab Suci pada minggu adven ke IV berkisah Yusuf yang bermimpi. Tetapi mimpinya itu berasal dari Tuhan. Dimana dalam mimpi itu, Malaikat Tuhan menjumpai Yusuf dan berbicara kepadanya.

Allah sering memakai mimpi untuk menyatakan kehendakNya kepada umatNya. Allah juga sering memakai mimpi untuk menyatakan FirmanNya melalui mimpi.

Pada waktu Yusuf bertunangan dengan Maria, Yusuf demikian terkejut sebab ternyata Maria mengandung. Pada waktu itu Yusuf belum mengetahui bahwa Maria tunangannya itu mengandung dari Roh Kudus.

Akan tetapi Yusuf, tunangan Maria tetaplah manusia biasa. Setelah mengetahui bahwa Maria mengandung ia bermaksud memutuskan pertunangannya.

Tapi Tuhan melalui malaikat berkata kepada Yusuf: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus” (Matius 1:20).

Dilansir dari Komkat.kwi.org Kalau kita melihat dalam tradisi Yahudi maka akan sangat jelas bahwa seorang suami dapat saja menceraikan tunangannya di depan umum dengan alasan tertentu.

Yusuf juga bisa menuntut Maria di depan pengadilan untuk bercerai dengan alasan karena Maria sudah mengandung. Jika Maria dituntut dengan alasan demikian, maka jelas Maria akan dihukum dengan hukuman dilempari batu.

Namun ada alternatif kedua yang ditempuh Yusuf yaitu menceraikannya dengan diam-diam. Dalam tradisi yahudi menceraikan tunangan dengan diam-diam biasanya disaksikan oleh paling tidak 2 saksi.

Dengan demikian, Maria tidak dipermalukan, tidak dicemarkan namanya dan bahkan Maria terhindar dari hukuman yang berat, yakni dilempari dengan batu.

Persoalannya, mengapa Yusuf bisa memilih langkah yang bijaksana ini?

Meskipun sebagai manusia normal seharusnya dia marah karena tunangannya mengandung di luar nikah tetapi Yusuf adalah seorang yang tulus hatinya. Dalam pengertian lain, kata tulus disini adalah sebuah sikap hidup yang mentaati hukum agama.

Ketaatan pada hukum membentuk karakternya menjadi seorang yang penuh kasih, murah hati, penuh kebaikan tetapi juga seorang yang tegas.

Yusuf  melakukan seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan yakni mengambil Maria sebagai isterinya. Kita sebagai orang Katolik bisa mengambil pelajaran penting dari sikap Yusuf.

Kisahnya bisa kita jadikan acuan dalam menghadapi situasi-situasi dengan pasangan. Agar tidak cepat menghakimi dan mengambil keputusan sepihak tanpa mau mengklarifikasi kebenarannya.

Untuk membuat hal yang tampaknya memalukan ini, kehadiran Tuhan dalam sebuah hubunganlah yang akan membantu kita. Lihatlah betapa terberkatinya Yusuf ketika Tuhan menyapa dan meyakinkannya secara langsung.

Kita pun kiranya dapat meneladani sikap Yusuf yang tidak mudah mencemarkan nama baik orang lain. Bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan penting dalam hidup kita.

Tidak mudah menjatuhkan orang lain, hanya karena kita tidak suka apalagi perspektif pribadi. Kita bisa memilih tidak mudah menyebar gosip, cerita, fakta dan berita yang tidak pantas dari orang lain.

Kita dituntut untuk menaruh Tuhan pertama-tama dalam hati kita yang akan mempengaruhi setiap tindakan atau perkataan yang keluar dari mulut.

Kita terus belajar dari ketulusan, kesetiaan, pengorbanan, kesabaran dan kerendahan hati serta cinta tulus St. Yusuf. 

Semoga kedatangan dan kelahiran Yesus dalam hati dan hidup, memampukan kita menjadi berkat bagi orang lain. Terlebih bagi pasangan-pasangan Katolik yang menghadapi masalah.